Kemerdekaan di bulan Ramadhan

Posted: 16 August 2011 in Islami

      Alhamdulillah, sampai detik ini kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Ramadan adalah salah satu bulan penting dan suci tidak hanya bagi umat Islam, tetapi seluruh umat di dunia. Bayangkan, seluruh hal-hal yang menyimpang dan mengganggu tatanan sosial-masyarakat ditertibkan untuk menyambut dan mensucikan bulan ini.

     Puasa pun diwajibkan bagi seluruh Umat Islam di dunia dan tidak menutup kemungkinan umat yang lain ikut berpuasa sebagai bagian dari sinergi strategis untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Dampaknya terlihat cukup signifikan, aktivitas-aktivitas negatif berhasil ditekan dan digantikan dengan aktivitas dengan nilai-nilai spiritual. Tidak hanya itu, media massa pun turut menyambut dengan meningkatkan program-program religius di bulan Ramadan ini.

     Tahun 2011 terjadi hajatan besar antara seluruh bangsa Indonesia dan seluruh umat Islam di seluruh dunia, karena hari kemerdekaan bangsa Indonesia bertepatan di tengah bulan Ramadhan ini. 66 Tahun sudah Bangsa Indonesia merdeka. Di usia yang lebih dari setengah abad ini Indonesia, negara tercinta kita ini masih carut marut dalam pembenahan diri setelah lepas dari penjajah. Keadilan sosial yang semakin mahal, membuat para tikus-tikus kantor mulai merangkak dari got menuju ke pulau bali, jalan-jalan ke negeri teangga higga ke Columbia. Maraknya pemberitaan yang menambah ironisnya perkembangan bangsa  seakan menjadikan Indonesia sebagai negera paling terpuruk di muka bumi ini. Semua hal ini tidak lepas dari peranan kita sebagai pemuda-pemudi calon penerus bangsa. Di masa mendatang, kita harus berani menegakkan tongkat-tongkat keadilan yang tentu saja berlandaskan pola pikir yang bersih, berniat keras, yang selalu berpegang teguh pada Allah SWT sebagai kekuatan kita dalam membangun Negeri tercinta ini.

     Bukan suatu kebetulan jika Ramadhan tahun ini bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia dan pada artikel ini, saya berusaha mengaitkan hubungan antara puasa dan sosial dengan perspektif baru yang mungkin belum pernah dibicarakan sebelumnya.

     Bisa dikatakan puasa adalah ibadah sosial. Karena, tujuan terbesar diwajibkanya puasa Ramadhan adalah berkenaan dengan problematika sosial. Seperti keadilan sosial, wabah korupsi, kejujuran, amanah dan pengentasan kemiskinan. Sehingga, puasa Ramadan kali ini pun akan memiliki relevansi yang signifikan dengan hiruk-pikuk kondisi bangsa Indonesia saat ini.

     Puasa bukan sebatas hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, bahkan memiliki hubungan horizontal antara manusia dengan sosial. Agar tidak terkesan basi, saya berusaha mengaitkan hubungan antara puasa dan sosial dengn perspektif baru yang mungkin belum pernah dikaji sebelumnya.

     Puasa dan keadilan adalah dua hal yang saling berhubungan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dan lainya. Karena jika ditelisik lebih dalam dan rinci, keadilan adalah tujuan dari disyariatkanya puasa itu sendiri. Jika boleh saya katakan, puasa adalah sarana ataupun transportasi untuk menuju tujuan universal Tuhan yang di antaranya adalah keadilan sosial, kejujuran dan kesejahteraan.

     Begitu pun antara puasa dan korupsi. Keduanya memiliki ikatan signifikan yang tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang senantiasa menjalankan puasa, namun enggan untuk menanggalkan sifat korupnya, maka dia tidak bisa dikatakan telah menjalankan inti dari puasa tersebut. Karena inti dari berpuasa adalah meninggalkan berkorupsi itu sendiri. Hal tersebut bisa kita lihat dengan jelas dalam firman Tuhan:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al Baqarah: 183)

     Pada ayat tersebut, secara eksplisit Tuhan mengatakan bahwa tujuan diwajibkanya berpuasa adalah “agar kamu bertaqwa”. Jika demikan, maka sebenarnya inti dari pada puasa tersebut adalah bertakwa itu sendiri. Sehingga, dalam ayat tersebut secara tidak langsung, seolah Tuhan mengatakan, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bertakwa.”

1. Puasa dan Keadilan

Takwa sebagaimana menurut ulama adalah mentaati perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dan berbuat adil adalah salah satu yang diperintahkan oleh Tuhan. Sebagaimana dalam dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl: 90)

Dengan berbuat adil berarti kita telah mentaati perintah Tuhan, dan mentaati perintah Tuhan adalah makna dari ketakwaan, dan ketakwaan adalah tujuan dari disyariatkanya berpuasa. Berarti, tujuan disyariatkanya berpuasa adalah keadilan itu sendiri. Jika demikian, maka menurut saya maksud dari QS Al Baqarah, ayat: 183 di atas adalah, seolah Tuhan hendak mengatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar” (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan menjauhi perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.”

Sampai disini jelaslah bahwa tujuan puasa adalah agar manusia berbuat adil dan kebajikan lainya kepada sesama. Maka, sangatlah jelas bahwa puasa bukan semata hubungan vertikal manusia dengan Allah bahkan memiliki hubungan horizontal dengan sosial.

2. Puasa dan Korupsi

Sebagaimana takwa adalah mentaati perintah Tuhan, begitupun menjauhui larangan Tuhan yang berupa korupsi. Korupsi adalah sebentuk kejahatan dengan modus memakan harta orang lain dengan batil. Sehinggga, korupsi merupakan tindakan keji yang secara keras dilarang oleh Allah. Sebagaimana yang dikatakan Allah dalam surat Al-Baqarah yang artinya:

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 188)

Menjauhi korupsi adalah menjauhi larangan Tuhan, menjauhi larangan Tuhan adalah ketakwaan, ketakwaan adalah tujuan diwajibkanya puasa Ramadhan. Kesimpulanya, tujuan diwajibkanya puasa Ramadhan adalah menjahuhi tindakan keji berupa korupsi. Sehingga maksud dari surat al-Baqarah, ayat: 183 di atas adalah, seolah Tuhan hendak mengatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu tidak memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang batil yaitu korupsi.”

3. Puasa dan Pengentasan Kemiskinan

Puasa sangat berhubungan dengan pengentasan kemiskinan. Menurut saya, diantara tujuan Tuhan melalui ibadah puasa adalah mengentaskan manusia dari segala kemiskinan. Artinya, mengentaskan kemiskinan termasuk inti dari puasa itu sendiri. Karena sebagaimana yang telah saya katakan di atas bahwa, inti dari puasa adalah takwa, sedang mensejahterakan manusia adalah bagian dari takwa.

Maka ambil hikmah sebanyak-banyaknya dari bulan Ramadan ini. Terapkan nilai dan hikmah itu dalam kehidupan selanjutnya, karena sungguh ujian yang lebih berat akan datang setelah kita melewati bulan Ramadan.

Leave a comment